Jumat, 29 Mei 2020

ISLAM DI INDONESIA : MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

ISLAM DI INDONESIA

REVIEW MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

 

Oleh Kelompok II:

Firas Arrasy                                   (11180321000013)

Nur Khofifah                                (11180321000022)

Ilham Sapto Prasetyo                    (11180321000016)

Mohammad Akbar Aulia Arwani (11180321000017)

 

 

Kedatangan Islam ke Nusantara tidak direncanakan, hal itu dapat dilihat dari dua gejala. Gejala pertama, letak geografis Nusantara yang jauh dari pusat peradaban Islam di jazirah Arab. Gejala kedua adalah para kedatangan mubaligh bukan karena ingin menyebarkan ajaran Islam, tetapi ingin berdagang. Meskipun, pada akhirnya dakwah dijadikan media untuk menyebarluaskan ajaran Islam karena dakwah merupakah cara untuk beradaptasi dan berakomodasi dengan masyarakat lokal. Perlu diketahui terdapat beberapa teori yang menjelaskan kedatangan Islam di Indonesia, yaitu:

1.                  Teori Gujarat

Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh para pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat Malaka. Teori ini menjelaskan bahwa kedatangan Islam ke Nusantara sekitar abad ke 13, melalui kontak para pedagang dan kerajaan Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat itu.

Teori ini dipopulerkan oleh seorang orientalis Belanda yang meneliti tentang Islam di Indonesia bernama Snouck Hurgronje. Ia menyatakan bahwa agama Islam baru masuk ke Nusantara pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari Cambay, Gujarat, India. Memang sebagian besar Sejarahwan asal Belanda, memegang teori bahwa Islam di Indonesia berasal dari Anak Benua India.

Salah seorang ilmuwan Barat tersebut adalah Pijnappel yang mengkaitkan asal mula Islam di Indonesia dengan daerah Gujarat dan Malabar. Menurutnya, orang-orang Arab bermadzhab Syafi’i yang bermigrasi dan menetap di wilayah India yang membawa Islam ke Nusantara. Snouck Hurgronje kemudian mengembangkan teori ini, dia berpendapat bahwa ketika Islam tiba di beberapa kota pelabuhan Anak Benua India, banyak di antara penduduknya yang beragama Islam dan tinggal di sana sebagai pedagang perantara dalam perdagangan Timur Tengah dengan Nusantara. Lalu mereka datang ke dunia Melayu (Indonesia) sebagai para penyebar Islam pertama, setelah itu disusul oleh orang-orang Arab. Dia mengatakan bahwa abad ke-12 sebagai periode paling mungkin dari permulaan penyebaran Islam di Nusantara.

Selain Snouck Hurgronje dan Pijnappel, masih ada beberapa Sejarahwan Belanda yang sepakat bahwa Islam di Nusantara datang dari Gujarat, dengan alasan bahwa batu nisan makam Raja Malik al-Saleh yang merupakan raja kerajaan Samudera Pasai, Aceh, bertuliskan angka tahun 686H/1297 M dengan menggunakan nisan yang berasal dari Gujarat, India. Selain itu batu nisan yang terdapat di makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Jawa Timur, juga menunjukkan hal yang sama. Kedua batu nisan tersebut memiliki persamaan bentuk dengan batu nisan yang terdapat di Cambay, Gujarat, India. Dengan beberapa alasan tersebut mereka meyimpulkan bahwa Islam di Nusantara berasal dari India.

 

2.                  Teori Persia

Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari Persia, bukan dari Gujarat. Persia adalah sebuah kerajaan yang saat ini kemungkinan besar berada di Iran.

Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di abad ke 13, ajaran yang marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia. Selain itu, adanya beberapa kesamaan tradisi Indonesia dengan Persia dianggap sebagai salah satu penguat.

Contohnya:

·         Adanya peringatan 10 Muharram atau ‘Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad SAW, yang sangat dijunjung oleh kaum muslim Syiah di Iran(Persia). Di Sumatra Barat, peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/ Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan Bubur Syuro.

·         Adanya kesamaan konsep ajaran sufisme yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan Al- Hallaj, seorang sufi besar dari Persia.

·         Penggunaan istilah bahasa Iran (Persia) dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.

·         Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.

·         Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri, daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu pendukung teori ini, yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Djayadiningrat.

 

3.                  Teori China

Lain halnya dengan Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby, mereka berpendapat bahwa sebenarnya kebudayaan Islam masuk ke Nusantara melalui perantara masyarakat muslim China.

Teori ini berpendapat, bahwa migrasi masyarakat muslim China dari Kanton ke Nusantara, khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula masuknya budaya Islam ke Nusantara. Hal ini dikuatkan dengan adanya bukti bahwa Raden Patah (Raja Demak) adalah keturunan China, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah China. Berdasarkan Sejarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar rajaraja Demak beserta leluhurnya ditulis dengan menggunakan istilah China, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-Cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol, sebuah wilayah di utara China yang berbatasan dengan Rusia. Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas China di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan China, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang China. Daerah yang mula-mula menerima agama Islam adalah Pantai Barat pulau Sumatera. Dari tempat itu, Islam kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Beberapa tempat penyebarannya adalah:

         Pesisir Sumatera bagian utara di Aceh

         Pariaman di Sumatera Barat

         Gresik dan Tuban di Jawa Timur

         Demak di Jawa Tengah

         Banten di Jawa Barat

         Palembang di Sumatera Selatan

         Banjar di Kalimantan Selatan

         Makassar di Sulawesi Selatan

         Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo di Maluku

         Sorong di Irian Jaya

 

4.                  Teori Mekkah

Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung oleh para musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia pada abad ke 7. Hal ini diperkuat dengan adanya sebuah perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Bandar Khalifah.

Selain itu, di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab Syafi’i. Mahzab ini juga terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian yang terakhir adalah digunakannya gelar Al-Malik pada raja-raja Samudera Pasai seperti budaya Islam di Mesir. Teori inilah yang paling benyak mendapat dukungan para tokoh seperti, Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.

Beberapa tokoh Sejarahwan lain juga mendukung teori ini, antara lain Uka Tjandrasasmita, A. Hasymi, Azyumardi Azra dan lain-lain. Selain informasi tersebut, Azyumardi Azra menambahkan, bahwa ditemukannya adaptasiadaptasi lain yang dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah atas pengaruh bangsa Arab ini. Misalnya dari segi bahasa dan tradisi, seperti pada kata dan tradisi bersila yang sering dilakukan oleh bangsa Indonesia yang merupakan tradisi yang dilakukan oleh bangsa Arab atau Persia yang egaliter. Disamping alasan di atas, makam Fatimah Binti Maimun di Leran Jawa Timur semakin menguatkan teori ini. Fatimah binti Maimun bin Hibatullah adalah seorang perempuan beragama Islam yang wafat pada hari Jumat, 7 Rajab 475 Hijriyah (2 Desember 1082 M). Inskripsi nisan terdiri dari tujuh baris, dan berikut ini adalah hasil bacaan Jean Piere Moquette yang diterjemahkan oleh Muh. Yamin terhadap tulisan pada batu nisan tersebut:

 

Atas nama Tuhan Allah Yang Maha Penyayang dan Maha Pemurah

• Tiap-tiap makhluk yang hidup di atas bumi itu bersifat fana

• Tetapi wajah Tuhan-mu yang bersemarak dan gemilang itu tetap kekal adanya

• Inilah kuburan wanita yang menjadi syahid bernama Fatimah binti Maimun

• Putera Hibatu’llah yang berpulang pada hari Jumiyad ketika tujuh

• Sudah berlewat bulan Rajab dan pada tahun 495

• Yang menjadi kemurahan Tuhan Allah Yang Maha Tinggi

• Bersama pula Rasulnya Mulia

Hal itu menjadikan proses perkembangan Islam di Indonesia dilihat dari tiga tahapan, yaitu, Islam datang, Islam berkembang, dan Islam menjadi kekuatan politik. Awal perkenalan ajaran Islam kepada penduduk lokal adalah akhlak, akhlak yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal. Pengenalan akhlak bertujuan agar masyarakat lokal tidak reaktif dan cenderung menerima keberadaan Islam. Konversi keagamaan di antara masyarakat lokal pun terjadi, Konversi agama ini tidak berlangsung secara serentak, namun memerlukan proses tahapan yang dilalui. Proses pertama adalah Islam datang yang ditandai dengan artefak berupa batu nisan, Islam berkembang yang ditandai oleh artefak dari suatu kampung yang menandakan keberadaan komunitas muslim dengan ditemukannya Langgar, dan Islam menjadi kekuatan politik dimana Islam memiliki pengaruh kuat dan bersifat memaksa ditandai dengan keberadaan kerajaan-kerajaan Islam di suatu wilayah.

Pasca perkenalan dengan akhlak Islam, barulah masyarakat lokal diperkenalkan dengan ajaran akidah dan akhirnya ibadah yang menandakan dari suatu kesederhanaan kepada suatu kesakralan. Ibadah merupakan titik akhir karena perubahan tata cara ibadah yang jelas. Jadi, reaksi yang mengejutkan tidak timbul dari masyarakat lokal karena asosiasi yang dibangun sudah teratur. Ajaran akhlak mudah diterima karena menghapuskan ajaran kasta dalam agama Hindu yang waktu itu dianggap mendiskriminasi kalangan tertentu. Kesetaraan dalam Islam secara genealogis tersebut dapat dilihat dalam Surah Al-Hujurat [49] ayat 13. Islam dianggap sebagai pembebas masyarakat lokal dari diskriminasi yang dialami sewaktu itu.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ISLAM DI INDONESIA : UTS

NAMA                  : WILDAN RUSYDIAN NIM                      : 11180321000039 JURUSAN            : STUDI AGAMA-AGAMA SEMESTER   ...