Kamis, 28 Mei 2020

MAKALAH AGAMA YAHUDI : DOSA, MISTISISME, DAN KABBALAH


Kembali lagi bersama saya Wildan Rusydian Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan sebuah makalah dari mata kuliah agama yahudi saya yaitu MAKALAH AGAMA YAHUDI : DOSA, MISTISISME, DAN KABBALAH. semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi saya sendiri maupun bagi para pembaca






DOSA, MISTISISME, DAN KABBALAH

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH AGAMA YAHUDI

DOSEN PENGAMPU:

Drs. Ismatu Ropi M.A, Ph.D.

Gambar terkait

DISUSUN OLEH:

ACHMAD FITRIANTO (11180321000030)

FIRAS ARRASY (11180321000013)

TIKA DESLIANA (11180321000001)

 

 

PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Pemakalah mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Agama Yahudi dengan judul “DOSA, MISTISISME, DAN KABBALAH

Pemakalah tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, pemakalah mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini pemakalah mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Pemakalah juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak membantu dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

 

 

 

Depok, 11 Mei 2020

 

BAB. I

Pendahuluan

I.A. Latar Belakang

            Yahudi merupakan salah satu dari ketiga agama agama samawi yang memiliki konsep tersendiri mengenai eskatologi maupun hal-hal yang adikodrati. Segala tata kelakukan manusia dalam tradisi Yahudi diatur ketat di dalam ketentuan yang ada pada kitab-kitab Yahudi. Karena pada dasarnya mereka percaya bahwa segala tindakan manusia di dunia, baik atau buruk pada akhirnya akan dipertanggungjawabkan. Karena pada hakikatnya manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik atau buruk.

Pandangan-pandangan illahiah yang turut mengurusi kehidupan manusia, dipandang dengan membedakan baik dan buruk hingga berakhir pada kesimpulan eskatologis. Sebelum mencapai pada kesimpulan tersebut terdapat berbagai macam istilah sebagai awal daripada pengenalan terhadap konsep dosa, mistisisme, dan Kabbalah.

I.B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Dosa dalam Yudaisme?

2. Apa itu Mistisisme dalam Yudaisme?

3. Apa itu Kabbalah dalam Yudaisme?

I.C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui apa itu Dosa dalam Yahudi.

2. Untuk mengetahui apa itu Mistisisme dalam Yahudi

3. Untuk mengetahui apa itu Kabbalah dalam Yahudi.

 

BAB. II

ISI

II.A. Pengertian Dosa dalam Yudaisme

Dosa dalam Yudaisme benar-benar harus ditelisik akarnya dan tidak bisa disimpulkan dengan mudah. Pada akar tentang Yudaisme mengenai dosa adalah manusia semenjak lahir ke dunia tidak membawa dosa. Pada dasarnya kecenderungan manusia terhadap keburukan itulah yang membawa manusia menuju dosa. Kecenderungan dalam Yudaisme dinamakan yetzer sedangkan hasil dari suatu penyimpangan atau dosa dinamakan chet. Oleh karena itu, dalam menyimpulkan suatu chet, yang patut diperhatikan dengan sebaik-baiknya adalah yetzer itu sendiri.

Chet secara harfiah ditandai sebagai sesuatu dari suatu tindakan yang tidak baik yang berujung pada kesesatan. Pemaknaan “chet” digunakan untuk mengindikasikan bahwa sesuatu tindakan yang dilakukan tidak tepat. Konsep mengenai dosa atau chet ini menekankan pada suatu penyelewengan dari jalan kebaikan menuju jalan keburukan. Selanjutnya adalah: Bisakah manusia bisa dibebaskan dari dosa dan membebaskan masing-masing dirinya dari dosa? menurut pandangan Yom Kippur: Bisa.

Konsep-konsep mengenai dosa, kebaikan, dan yang lainnya sebenarnya sudah ada dalam sejarah biblikal, yang termaktub dalam pembukaan Torah, perihal tentang bangsa Israel dan dosa-dosanya (selama) di padang pasir, dan di dalam ajaran-ajaran dari para nabi terdahulu. Ajaran-ajaran dari kedua sumber tersebut berusaha untuk merenungkan tentang watak alami manusia, makna daripada dosa, dan kemungkinan akan pengampunan. Cerita-cerita pada awal kitab Kejadian (Gen. 8:21) mengajarkan bahwa “kecenderungan-kecenderungan (yetzer) yang terdapat pada kehendak manusia adalah jahat sejak kecilnya”. Ini merupakan sumber dari konsep pemikiran rabinikal mengenai yetzer, insting manusia, yang sama seperti pemikiran Freudian[1] mengenai “id”. Selanjutnya, para Rabi menyebutkan terdapat dua yetzer (kecenderungan) dari manusia, yaitu: kecenderungan baik yang disebut dengan yetzer ha‑tov dan kecenderungan jahat yang disebut dengan yetzer ha‑ra.

Mengenai pengampunan atau forgiveness/pardon (in Hebrew, s‑l‑h) sebenarnya muncul untuk pertama kali dari cerita tentang Anak Sapi Emas (The Golden Calf) yang diabadikan dalam (Exod. 34:9) yaitu: “Maafkan kesalahan dan dosa kami”. Hal yang sama juga dapat ditemukan pada (Num. 13:5): “Ampunilah, aku berdoa, memasrahkan kesalahan kami menurut kehendak-Mu, seperti Kau pernah membawa kami (keluar) dari tanah Mesir”. Teks itu didukung oleh ayat dalam inti liturgi Yom Kippur yang termaktub dalam Num. 14:37 berbunyi: “dan Tuhan pun menjawab, “Aku mengabulkan (mengampuni), seperti yang telah kamu inginkan”

Teks-teks naratif tersebut menjelaskan bahwa konsep Tuhan dari bangsa Israel merupakan Tuhan yang Pengampun dan Pemaaf. Dalam menunjukkan wujud-Nya kepada Musa, Tuhan menunjukkan sifat pemaaf-Nya secara lebih lengkap (dan jelas) daripada yang Ia lakukan dulu dalam Ten Commandments (10 Perintah Tuhan). Tuhan menekankan pengampunan dengan “mengampuni dosa” dan menyebarluaskan kemurahatian yang membuatnya (manusia) jauh daripada hukuman. Dengan demikian, Musa belajar bahwa esensi daripada Tuhan tidak hanya terletak pada sesuatu yang absolut dan kebebasan berkehendak-Nya, tetapi juga terletak pada sifat dasarnya yang Pemaaf. Tak heran apabila keterangan-keterangan yang menandakan atribut-atribut Tuhan secara rinci (terdapat pada Exod. 34:6‑7) menjadi batu pertama dari liturgi tentang Pengampunan selama periode The High Holidays.

Dalam Yudaisme Rabinik, konsep-konsep tersebut berkembang menjadi konsep dua atribut yang melekat pada Tuhan, yaitu keadilan dan pengampun, yang belakangan ini menjadi dua bentuk dominan daripada esensi ketuhanan. The Messilat Yesharim (karya tentang etika pada abad 18) memberitahukan bahwa atribut Pengampun pada Tuhan itu berarti Tuhan tidak menghukum hambanya sekaligus, yang berarti Tuhan memberikan waktu untuk bertaubat kepada pendosa dengan menghapus kesalahannya dan sekaligus membebaskan manusia dari kecenderungan yang buruk.

II.B. Mistisisme dalam Yudaisme

Mistisisme sering kali diucapkan bahkan ditanyakan oleh sejumlah orang kepada pemeluk agama-agama, tak terkecuali Yahudi. Pertanyaan seputar: Apakah kau percaya pada Surga dan Neraka? Apakah kau percaya pada jin dan malaikat? Bagaimana sifat Tuhan dan semesta? dan bagaimana kehidupan setelah kematian?. Semua itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang bisa berakhir pada keputusan eskatologis dan seolah-olah pertanyaan tersebut “layak” dilayangkan kepada pemeluk agama untuk memperoleh kebenaran. Dalam pandangan orang Yahudi, hal-hal tersebut merupakan masalah personal antara dirinya dengan G-d, bahkan hal itu merupakan isyu yang sudah menjadi rahasia umum dikalangan umat Yahudi dan merupakan isyu yang secara intens didiskusikan.

Dalam tradisi Yahudi ketika membicarakan seputar aspek eskatologis terdapat pada Mistisisme Yahudi dan Kabbalah. Selain hal ini merupakan masalah yang privat di kalangan umat Yahudi, dalam penyampaiannya juga tidak dapat dilakukan sembarangan. Orang Yahudi sendiri apabila mengajarkan tentang Kabbalah dan Mistisisme Yahudi haruslah berumur 40 tahun dan telah menyelesaikan studi tentang Torah dan Talmud.

Dalam Torah sendiri mengandung banyak cerita tentang pengalaman mistis melalui mimpi bertemu malaikat ataupun penglihatan kenabian. Talmud mempertimbangkan tentang keberadaan roh atau jiwa dan proses masuknya roh ke dalam tubuh seseorang. Dalam tradisi Yahudi, roh para Yahudi telah ada sebelum Torah Diberikan dan saat Torah Diberikan dan telah menyetujui secara otomatis kepada Perjanjian. Terdapat beberapa kesamaan tempat dalam penjelasan tentang surga dan penyucian seperti dalam agama Kristen, pengembaraan jiwa dan reinkarnasi. Dalam Talmud secara tersirat mengandung ajaran dari sekolah mistik yang hanya diajarkan kepada pada lulusan terbaik dari sekolah mistik dan memutuskan untuk berkomitmen tidak menuliskan (pemikirannya). Terdapat beberapa referensi yang merujuk dalam sumber-sumber kuno terhadap ma'aseh bereishit (penciptaan tentang pembentukan) dan ma'aseh merkavah (penciptaan tentang kereta perang [berdasarkan penglihatan Nabi Yehezkiel]), dua subjek pembelajaran utama terkait ajaran sekolah mistik. Namun, pada zaman pertengahan banyak juga yang memutuskan untuk menuliskannya dalam sebuah buku, seperti The Zohar. Banyak dari karya tertulis tersebut (tetap) dinyatakan sebagai tulisan-tulisan kuno yang tersembunyi atau kumpulan tulisan-tulisan kuno yang tersembunyi.

Karena seperti kepercayaan orang Yahudi yang paling dasar, hal-hal mistisisme dalam Yahudi merupakan sebuah area yang secara tersirat merupakan interpretasi personal. Beberapa Yahudi Tradisional menganggap mistisisme sebagai hal yang sangat serius. Mistisisme merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Yudaisme Hasidis, sebagai contohnya, bagian-bagian dari sumber-sumber Kabalistik kerap kali mereka sertakan dalam buku-buku doa tradisional mereka. Salah Seorang tokoh Yahudi terkemuka ketika berkhotbah tentang mistisisme Yahudi pada dasarnya mengatakan “Ini tidak masuk akal, tapi ini ketidak-masuk-akalan Yahudi, dan apapun pembelajaran tentang Yahudi, itu berharga”.

Pemikiran daripada sekolah mistik menjadi populer dengan istilah Kabbalah, yang berakar dari bahasa Ibrani Qof-Beit-Lamed, yang berarti “menerima, menyetujui”. Kata tersebut biasa diterjemahkan sebagai “tradisi”. Dalam bahasa Ibrani, kata tersebut tidak memiliki konotasi pada sesuatu yang gelap, yang mengancam, dan bermakna jahat seperti perkembangannya dalam bahasa Inggris. Contohnya, kata “cabal” dalam bahasa Inggris (sebuah kelompok konspirator), berasal dari bahasa Ibrani, yakni “Kabbalah”, namun kata dalam bahasa Ibrani tersebut maupun doktrin mistik tidak mengandung makna yang buruk terhadap orang Yahudi.

II.C. Kabbalah: Doktrin yang disalahpahami

Kabbalah merupakan salah satu bagian terbesar yang kerap disalahpahami oleh kebanyakan orang. Kabbalah sering disandingkan dengan sesuatu yang buruk dan berada pada posisi kegelapan yang terdapat dalam Yudaisme dengan menggambarkannya sebagai sesuatu sihir atau ilmu hitam.

Kesalahpahaman ini berakar pada pengajaran tentang Kabbalah telah terdistorsi secara buruk oleh para ahli nujum atau ahli ilmu gaib. Kabbalah sebenarnya telah popular di kalangan Kristen selama zaman Renaisans dan Zaman Pencerahan (Erklarung), dimana mereka menginterpretasikan Kabbalah agar sesuai dengan doktrin agama mereka. Semakin berkembangnya zaman, makna atas simbolisme Kabbalistik semakin menyeleweng dari apa yang diajarkan Yudaisme, seperti untuk pembacaan kartu tarot atau bentuk-bentuk ketuhanan yang lain dan sihir yang sebenarnya tidak pernah menjadi bagian dari ajaran-ajaran asli Yahudi. Zaman sekarang, banyak artis telah mempopulerkan sebuah era baru pop-psikologis atas Kabbalah dengan mengartikan Kabbalah menjadi “Crap-ballah”. Hal itu diadopsi dari kata Kabbalah dan dari sebuah bentuk-bentuk takhayul cerita masyarakat Yahudi. Tapi hal tersebut sebenarnya bukan diambil dari ajaran-ajaran asli Yahudi.

Sebenarnya dalam cerita Yahudi Tradisional terdapat cerita-cerita penting yang mengakibatkan penggunaan dari “ilmu yang tersembunyi” untuk mempengaruhi dunia dalam berbagai cara – yang dapat disebut sebagai sihir. Talmud dan sumber-sumber lain mengatakan (secara tidak langsung) tentang aktivitas supranatural kepada para Rabbi hebat. Beberapa Rabbi menyebut salah satu nama (terbaik) Tuhan dan naik ke langit untuk berkonsultasi dengan Tuhan dan para malaikat mengenai kemaslahatan umat. Salah seorang sarjanawan mengatakan bahwa apabila ingin memiliki atau menjadi manusia artifisial adalah dengan menyebut berbagai macam nama baik dari sisi Tuhan. Lebih jauh lagi, terdapat cerita-cerita yang menunjukkan bahwa Rabbi yang menciptakan manusia buatan dari tanah liat (seperti sebuah Golem: manusia batu) dengan menempelkan secarik kertas berisikan nama terbaik Tuhan dan menaruhnya ke dalam mulutnya lalu manusia buatan itu niscaya menjadi manusia yang benar-benar hidup. Akan tetapi, penelitian tentang Kabbalah ini masih menjadi sesuatu hal yang tidak bisa dipraktikkan oleh sembarang orang bahkan oleh Rabi biasa. Terdapat sejumlah cerita yang tidak dapat ditelusuri oleh ilmu pengetahuan dan kemampuan mengingat bahaya dan ketidakbertanggungjawaban. Buku-buku yang menjelaskan tentang praktik Kabbalah sebaiknya dihindari karena itu akan membantumu untuk terhindari dari kesalahpahaman mengenai Kabbalah. Seperti yang telah dikatakan, bahwa hal ini merupakan suatu pengetahuan yang merupakan ajaran dari pemikiran tradisional yang apabila semakin lebih dipelajari maka akan lebih berbahaya apabila dibagikan ke khalayak ramai secara serampangan.

Tetapi, harus diingat, karena semua kekuatan itu merupakan anugerah yang berasal dari Tuhan sehingga harus dijaga. Semua efek magis dari apa yang telah dicapai merupakan perantara Tuhan, secara umum dengan menyebut nama (terbaik) Tuhan. Praktik-praktik ini tidak seburuk atau tidak kurang bagus dari mukjizat para Nabi, atau mukjizat-mukjizat yang diakui para Kristian terhadap Yesus. Yesus sendiri dalam menunjukkan kuasa-Nya menggunakan metode Kabbalistik yang dipelajari dari Eseni[2]. Eseni adalah sebuah sekte Yahudi kala itu yang berkecimpung dalam mistisisme.

II.D. Ketidakhinggan dan 10 Emanasi (Ein Sof and the Ten Sefirot)

Dalam memahami sifat dari Kabbalah agar lebih baik, kita harus mengetahui hal fundamental tentang konsep pemikiran Kabbalistik mengenai konsep tentang Tuhan sebagai Yang Tidak Hingga, 10 Emanasi, Pohon Kabbalistik tentang Kehidupan. Sekali lagi, penjelasan berikut ini merupakan penjelasan yang tidak dapat dibenarkan karena hal ini tidak bisa dipahami dengan mudahnya ataupun sembarangan.

Merujuk pada Kabbalah, kebenaran esensi dari Tuhan itu sendiri merupakan hal yang begitu transenden yang berarti Ia berada di posisi dimana kita tidak dapat menjelaskannya, meskipun dengan referensi yang menunjukkan posisi Tuhan. Bentuk esensi Tuhan ini disebut dengan Ein Sof yang berarti “ tanpa akhir/ketidakberhinggaan”, yang dimana mencakup keberadaan-Nya yang terlepas dari ruang dan waktu. Dalam bentuknya yang sesungguhnya, Ein Sof merupakan hal yang sangat transenden dimana tidak mempunyai interaksi apapun dengan semesta (baca: Bumi). Lalu bagaimana Ein Sof berkontak dengan semestra?

Ein Sof berinteraksi dengan semesta melalui sepuluh emanasi yang merupakan esensi dari Ein Sof itu sendiri, yang dinamakan sebagai 10 Emanasi (The Ten Sefirot).

Sefirot-sefirot tersebut berkorespondensi dengan kualitas Tuhan, mereka berdiri masing-masing, yang turun dengan sesuai urutan. Keter (Mahkota), Chokhmah (Kebijaksanaan), Binah (Intuisi, Pemahaman), Chesed (Pengampun) atau Gedulah (Kebesaran), Gevurah (Kekuatan), Tiferet (Kejayaan), Netzach (Kuasa), Hod (Kemuliaan), Yesod (Pendirian), dan Malkut (Kedaulatan). Secara tersirat, lima dari tengah yang disebutkan termaktub dalam I Tawarikh 29:11 yang berbunyi: Milik-Mu, Ya Tuhan, dengan kebesaran-Mu (Gedulah), dengan kekuatan-Mu (Gevurah), dengan kejayaan-Mu (Tiferet), dengan kuasa-Mu (Netzach), dan kemuliaan-Mu (Hod). Sebenarnya terdapat beberapa arti mengenai ayat tersebut, tetapi bahasa Ibrani cocok dengan penggunaan nama-nama itu terhadap ayat tersebut.

10 Emanasi tersebut merupakan bentuk feminin dan maskulin daripada kualitas mengenai Tuhan. Kabbalah memberikan pengertian yang besar terhadap aspek feminine daripada Tuhan. Diagram di atas umumnya dikenal dengan nama Pohon Sefirot atau Pohon Kehidupan Kabbalistik. Di dalamnya terdapat makna yang berarti terhadap posisi dari setiap emanasi dan hubungannya antar satu dengan yang lainnya.

Sefirot bukanlah suatu entitas ketuhanan yang terpisah sebagaimana kebanyakan orang pikir pada umumnya. Sefirot merupakan bagian penting dari Tuhan (baca: G-d). Sefirot berhubungan dengan semesta dengan cara sendiri, Sefirot ini terhubung dengan semua yang ada di alam semesta. Termasuk kemanusiaan. Kebaikan dan Kejahatan yang kita lakukan turut bersinergi melalui Sefirot dan turut mempengaruhi alam semesta. Termasuk Tuhan sendiri. Dalam membaca dan memahami bagian pada bab ini perlu kehati-hatian yang mendalam, karena banyak literatur tentang Kabbalah justru tidak dapat menjelaskan ajaran-ajaran Yahudi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB. III

KESIMPULAN

Dosa dalam Yudaisme benar-benar harus ditelisik akarnya dan tidak bisa disimpulkan dengan mudah. Pada akar tentang Yudaisme mengenai dosa adalah manusia semenjak lahir ke dunia tidak membawa dosa. Pada dasarnya kecenderungan manusia terhadap keburukan itulah yang membawa manusia menuju dosa. Kecenderungan dalam Yudaisme dinamakan yetzer sedangkan hasil dari suatu penyimpangan atau dosa dinamakan chet. Oleh karena itu, dalam menyimpulkan suatu chet, yang patut diperhatikan dengan sebaik-baiknya adalah yetzer itu sendiri.

Chet secara harfiah ditandai sebagai sesuatu dari suatu tindakan yang tidak baik yang berujung pada kesesatan. Pemaknaan “chet” digunakan untuk mengindikasikan bahwa sesuatu tindakan yang dilakukan tidak tepat. Konsep mengenai dosa atau chet ini menekankan pada suatu penyelewengan dari jalan kebaikan menuju jalan keburukan.

Dalam tradisi Yahudi ketika membicarakan seputar aspek eskatologis terdapat pada Mistisisme Yahudi dan Kabbalah. Selain hal ini merupakan masalah yang privat di kalangan umat Yahudi, dalam penyampaiannya juga tidak dapat dilakukan sembarangan. Orang Yahudi sendiri apabila mengajarkan tentang Kabbalah dan Mistisisme Yahudi haruslah berumur 40 tahun dan telah menyelesaikan studi tentang Torah dan Talmud.

Kabbalah merupakan salah satu bagian terbesar yang kerap disalahpahami oleh kebanyakan orang. Kabbalah sering disandingkan dengan sesuatu yang buruk dan berada pada posisi kegelapan yang terdapat dalam Yudaisme dengan menggambarkannya sebagai sesuatu sihir atau ilmu hitam.

Bentuk esensi Tuhan ini disebut dengan Ein Sof yang berarti “ tanpa akhir/ketidakberhinggaan”, yang dimana mencakup keberadaan-Nya yang terlepas dari ruang dan waktu. Dalam bentuknya yang sesungguhnya, Ein Sof merupakan hal yang sangat transenden dimana tidak mempunyai interaksi apapun dengan semesta



[1] Freudian merupakan sebutan untuk menunjukkan para pengikut aliran psikologi yang merujuk pada pemikiran Sigmund Freud dengan proyek besarnya, yaitu Psikoanalisa.

[2] Sekte ini diperkirakan hidup 2.200 tahun yang lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ISLAM DI INDONESIA : UTS

NAMA                  : WILDAN RUSYDIAN NIM                      : 11180321000039 JURUSAN            : STUDI AGAMA-AGAMA SEMESTER   ...