Agama Yahudi: Teks Suci Yahudi
Makalah ini di Ajukan untuk Memenuhi Mata Kuliah Agama Yahudi
Dosen Pengampu : Drs. Ismatu Ropi M.A, Ph.D.
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Dedi Irawan (11180321000035)
Muhammad Farhan (11180321000003)
Muhammad Achyar (11180321000009)
Azhar Azizah (11180321000029)
Muhammad Daffa R (11190321000047)
PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan taufik, rahmat dan juga hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah studi agama-agama ini mengenai Agama Yahudi dengan tepat waktu. Kami selaku penyusun makalah menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah turut membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan juga saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah kami yang akan datang.
Kami berharap, semoga makalah yang kami buat ini bisa berguna dan memberikan manfaat kepada para pembaca semua. Aamiin.
Ciputat, 12 Mei 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belaakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
C. Tujuan Makalah ........................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Makna Teks Suci Untuk Orang-orang Yahudi ............................................................ 3
B. Sejarah Teks Suci Agama Yahudi ............................................................................... 4
C. Teks-Teks Kitab Suci Yahudi dan Isi Masing-Masing Teks Suci Secara Umum......... 5
BAB III : PENUTUP .......................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya agama Yahudi dapat dikatakan sebagai agama Abrahamik yang bersamaan dengan Kristen dan Islam. Yahudi juga masuk ke dalam salah satu agama terbesar dunia. Keberadaan agama Yahudi sendiri juga adalah mengawali munculnya agama-agama besar setelahnya, yakni Kristen dan Islam. Menurut sebagian sejarawan atau ahli, agama Yahudi ini telah mempengaruhi iman Agama-agama Kristen dan Islam sendiri dalam konsep monoteisme (percaya pada Tuhan Yang Satu) yang bersumber dari ajaran Ibrahim.[1]
Namun, belakangan ini muncul kajian terhadap kitab suci yahudi yang mendorong para ahli, sejarawan untuk mengkaji kitab tersebut dengan berbagai variasi penafsiran, salah satunya mengenai Taurat. Taurat dalam hal ini adalah salah satu kitab suci agama Yahudi dan merupakan bagian terpenting dari kitab suci orang Yahudi. Orang yahudi percaya, bahwa Taurat adalah firman Allah yang mutlak dan tidak dapat diragukan. Menaati Allah bagi mereka juga berarti adalah menaati Taurat. Orang Yahudi menganggap Taurat adalah sebagai tolak ukur yang mutlak bagi semua aspek kehidupan keagamaan. Taurat bagi mereka adalah satu-satunya sumber kebenaran Allah.[2]
Namun yang dikritik dalam hal ini bukan permasalahan Taurat saja, banyak, misalnya adalah Kitab Talmud yang berisi di dalamnya Misnah dan Gemara dan juga Kitab Midrash. Talmud dalam hal ini berkaitan dengan hukum Yahudi, etika, kebiasaan dan sejarah. Sedangkan misnah adalah kumpulan hukum lisan Yudaisme yang pertama ditulis dan Gemara adalah diskusi-diskusi mengenai misnah, sehingga dapat disimpulkan bahwa Talmud adalah perkombinasian antara kitab Misnah dan Gemara. Sedangkan Kitab Midrash dalam hal ini dikaitkan dengan tindakan tafsiran atau mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan keagamaan dengan memecahkan makna Taurat.
Melihat latar belakang kitab-kitab suci di atas, kami tertarik untuk melakukan pencarian informasi lebih jauh lagi mengenai kitab-kitab suci agama Yahudi beserta rinciannya sejauh yang bisa kami peroleh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Makna Teks Suci untuk Orang-Orang Yahudi?
2. Bagaimana Sejarahnya Teks Suci Orang-Orang Yahudi?
3. Apa Saja Teks-Teks Itu dan Apa Isi Masing-Masing Teks Suci Secara Umum?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk memahami lima kitab suci Agama Yahudi dan isinya.
2. Untuk menambah wawasan dan pengentahuan mengenai kitab-kitab suci dalam Agama Yahudi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Teks Suci untuk Orang-Orang Yahudi
Pada dasarnya orang yahudi secara turun temurun telah belajar tentang pemahaman mengenai Allah dengan mempelajari firman tertulis. Oleh karena itu, yudaisme dalam hal ini adalah agama yang menandaskan pembelajaran alkitab yahudi dan teks-teks yahudi lainnya. Karena bagi mereka Allah menciptakan dunia, maka yudaisme menganjurkan dan mengembangkan bidang-bidang penelitian lain, seperti sains, karena orang-orang yudaisme juga dapat mengajar dan mempelajari tentang ciptaan Allah.
Semua orang yahudi dewasa ini, terlepas dari perbedaan-perbedaan mereka, menghormati kisah-kisah dan sejarah yang dicatat dalam tulisan suci orang yahudi. Yudaisme adalah agama yang disingkapkan/terbuka. Ajarannya mengajarkan bahwa Allah telah campur tangan dalam sejarah untuk melindungi dan membimbing orang yahudi. Mereka juga percaya bahwa Allah telah mengungkapkan ajaran-ajaran ini kepada para utusan, perkataan para nabi, dan ajaran-ajaran ini akhirnya dikumpulkan dalam tulisan suci orang yahudi. Ayat-ayat ini menjadi dasar agama yudaisme. Mereka menguraikan kepercayaan dasar dan praktik iman. Meskipun ditulis oleh manusia, orang yahudi secara tradisional menganggap tulisan-tulisan itu sebagai sesutau yang kudus dan juga sebagai Firman Allah dan percaya bahwa tulisan-tulisan itu bersifat ilahi.
Sebagai kitab suci, Taurat misalnya diyakini oleh umat Yahudi sebagai yang berasal dari Allah, ia diwahyukan Allah kepada Musa dan kemudian ditulis bagi seluruh umat Israel. Melalui Taurat ini, umat Yahudi tidak hanya bisa mengenal siapa sesungguhnya Tuhan, tetapi juga mereka mendapatkan pemahaman tentang hakikat alam semesta (pandangan dunia). Di dalam Taurat, Yudaisme juga mendapatkan berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya mereka menjalani kehidupannya, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota sebuah komunitas. Di dalam Taurat pula, orang-orang Yahudi mendapatkan pemahaman mengenai siapa diri mereka, yakni sebagai ‘umat perjanjian yang dipilih oleh Allah’.[3]
Itulah mengapa dalam hal ini Taurat mempunyai posisi yang penting di dalam Yudaisme. Ia menjadi kitab suci mereka dan bertumpu pada tiga komponen dalam Taurat (etos, etik, dan etnik), maka secara sederhana dapat dikatakan bahwa Yudaisme adalah agama yang bertumpu pada kitab Taurat.
B. Sejarah Teks Suci Orang-Orang Yahudi
Sejarah bangsa Yahudi dimulai dari par-Musa, namun Yahudi sebagai agama terbatas kepada Musa dan ajaran terhadap kaumnya, sehingga awal agama Yahudi dimulai sejak zaman Musa.[4]
Firman Tuhan tertulis pertama adalah berawal dari pada masa Musa saat memperoleh Sepuluh Perintah Tuhan atau The Ten Commandments di bukit Sinai yang tertulis pada dua loh batu. Kesepuluh hukum dan perintah ini diperolah Musa di gunung Sinai steleh tinggal disana selama empat puluh hari empat puluh malam yang kemudian ditulis oleh Tuhan dengan menggunakan jari Allah sendiri. Ini adalah awal firman Tuhan Yahudi yang tertulis dalam bentuk tulisan.
Adapun kitab-kitab itu berkembang dalam beberapa corak sampai akhirnya menjadi sekumpulan Tanakh yang dirangkum dalam tiga kelompok dan menjadi kitab suci tertulis yakni, Hukum/Torah/Taurat/Pantateukh, Nabi (Nevi’im), dan Tulisan (Ketubim). Ini sudah menjadi kebiasaan Yahudi dengan mengurutkan kitab suci dalam tiga kelompok tersebut. Urutan ini sudah ada sejak lama SM. Urutan setiap kitab dalam kelompoknya bisa berubah-ubah. Tiga bagian ini biasanya juga disebut sebagai Tanakh. Setelah itu muncul kembali kitab Talmud sebagai kitab suci lisan yang dirangkum dalam Misnah dan Gemara, selanjutnya muncul kembali kitab Midrash yang ke semuanya terangkum dalam Midrash Halakka dan Midrash Aggadha. Semua kitab suci tersebut terangkum dalam kitab Agama Yahudi sampai saat ini.
C. Teks-Teks Kitab Suci Yahudi dan Isi Masing-Masing Teks Suci Secara Umum
1. Tanakh
Sebelum masa pembuangan, yudaisme terutama adalah agama lisan. Selama masa pembuangan, orang yahudi mulai mengumpulkan ajaran para nabi mereka, dan tulisan-tulisan tentang leluhur mereka. Sejak itu, yudaisme telah menjadi agama yang berdasarkan alkitab. Menurut beberapa kisah turun-temurun orang yahudi zaman dahulu, ada seorang pria bernama Ezra bertanggung jawab besar untuk mengumpulkan kitab-kitab yahudi selama masa pembuangan. Alkitab yahudi sebenarnya adalah perpustakaan yang terdiri dari tiga bagian: taurat, tulisan-tulisan, dan nabi-nabi. Orang-orang yahudi di masa lalu sekadar menyebut buku-buku ini sebagai alkitab, yang merupakan terjemahan bahasa yunani dari kata ibrani untuk "buku". Mereka juga mengambil huruf pertama nama ibrani untuk masing-masing dari ketiga bagian alkitab ini dan menyisipkan huruf-huruf hidup untuk muncul dengan akronim, yaitu Tanakh. Orang yahudi umumnya menggunakan kata Tanakh untuk merujuk kepada tulisan suci mereka. Beberapa orang yahudi juga menyebut Tanakh sebagai alkitab ibrani, karena sebagian besar buku ini ditulis dalam bahasa ibrani. Beberapa buku dalam kitab-kitab yahudi ditulis dalam bahasa aram, yang merupakan bahasa yang berkaitan dengan bahasa ibrani.
Kitab-kitab yahudi unik di antara teks-teks suci agama-agama dunia, karena tulisan-tulisan itu membentuk dasar untuk kitab-kitab suci agama lain. Kekristenan menerima kitab-kitab yahudi sebagai firman allah. Iman kristen didasarkan pada ajaran-ajaran seorang yahudi bernama yesus, yang hidup di Israel selama abad pertama masehi yesus sering mengutip dari tulisan suci orang yahudi dan mengajari orang-orang bagaimana hidup sesuai dengan penafsirannya terhadap mereka. Para pengikut yesus percaya bahwa dialah mesias yang dinubuatkan dalam alkitab. Orang romawi menyalibkan yesus karena mereka takut para pengikutnya ingin dia menjadi raja.
Setelah kematiannya, orang-orang kristen menulis buku-buku tentang yesus dan membentuk buku alkitab mereka sendiri. Karena orang kristen sadar bahwa agama mereka telah muncul dari yudaisme, mereka mengaitkan tulisan-tulisan mereka dengan tulisan-tulisan asli yahudi. Orang kristen mulai menyebut kitab - kitab yahudi sebagai "perjanjian lama", dan tulisan - tulisan mereka sendiri sebagai "perjanjian baru" "Perjanjian adalah bahasa Latin untuk" perjanjian. "Orang-orang kristen menyebut kitab-kitab yahudi perjanjian lama, karena mereka memandang tulisan-tulisan ini sebagai perjanjian pertama allah dengan manusia. Perjanjian baru, bagi orang kristen, memuat ajaran, atau perjanjian baru allah, yang dimulai dengan yesus. Kebanyakan orang yahudi dewasa ini tidak menggunakan nama "perjanjian lama", karena itu adalah istilah kristen.
Ketika agama Islam didirikan pada awal abad ketujuh masehi, alkitab juga menerima ajaran-ajaran perjanjian lama. Al-qur'an (atau quran), kitab suci Islam, seperti perjanjian baru, sering mengutip dari Tanakh. Oleh karena itu, bahasa Tanakh ini unik, karena merupakan dasar bagi tiga agama monoteistik terbesar dunia: yudaisme, kekristenan, dan Islam.
Tanakh yahudi kadang-kadang sulit dimengerti. Alasannya, setiap buku memiliki sejarah yang panjang dan rumit. Banyak yang sebenarnya adalah kumpulan bahan kuno yang diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan sebelum dimasukkan ke dalam tulisan. Setiap buku Tanakh disalin ke atas kertas kuno yang terbuat dari buluh yang disebut papirus atau kulit binatang yang disebut perkamen. Buku-buku itu disalin dengan tangan. Kadang-kadang, para penulis menambahkan bahan baru pada ayat-ayat ini. Misalnya, buku yesaya ditulis oleh sedikitnya tiga penulis, karena melukiskan tiga periode sejarah yang berbeda. Kebanyakan ahli percaya bahwa tulisan suci orang yahudi mencapai bentuk mereka yang sekarang kira-kira pada tahun 400 sm kitab suci orang yahudi tidak disusun dalam urutan kronologis. Sebaliknya, itu dibagi menjadi tiga bagian, yang dikenal sebagai taurat, para nabi, dan tulisan-tulisan.
Sewaktu Tanakh ditulis, tidak ada yang disebut buku. Buku-buku dalam alkitab pada mulanya ditulis pada gulungan-gulungan, nenek moyang buku modern. Sebuah gulungan terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang terbuat dari papirus atau perkamen yang dijahit menjadi satu. Sebuah gulungan sangat panjang, dan harus dibuka sewaktu dibaca. Agar tetap terhubung dengan mereka di masa lalu, orang-orang yahudi zaman modern masih menyalin beberapa buku suci mereka tentang gulungan-gulungan yang digunakan dalam ibadat.
Sewaktu orang kristen mengadopsi ayat ini, mereka menghitung setiap bagian sebagai buku dan menyatukannya dengan cara yang berbeda. Mereka menempatkan nabi-nabi terakhir, karena ayat-ayat ini berbicara tentang mesias. Bagi orang kristen, perjanjian lama yang diatur kembali tidak lengkap, karena itu berakhir dengan harapan bahwa mesias akan datang. Akan tetapi, Tanakh, orang yahudi, diakhiri dengan buku-buku sejarah Ezra, nehemia, dan saya serta II tawarikh, yang menceritakan tentang kembalinya mereka dari pembuangan dan pembangunan kembali yerusalem. Tidak seperti perjanjian lama kristen, Tanakh yahudi dimulai dengan penciptaan dan berakhir dengan nada bahagia, karena alkitab menggambarkan bagaimana yudaisme selamat dari trauma pembuangan. Perbedaan-perbedaan ini memperlihatkan bagaimana buku-buku bahasa Tanakh, meskipun diterima oleh orang yahudi, kristen, dan muslim, dapat diperintahkan kembali untuk menyampaikan pesan-pesan teologis yang sangat berbeda. Adapun Tanakh terbagi ke dalam beberapa macam cangkupan, Taurat, Nabi, dan Tulisan-tulisan.
a. Taurat
Kelima buku pertama dalam kitab-kitab yahudi disebut taurat atau lima kitab nab Musa. yang merupakan kata ibrani yang berarti "hukum". Taurat dimulai dengan buku yang disebut Genesis (kejadian). Buku ini menceritakan tentang penciptaan alam semesta dan sejarah manusia pertama. Kejadian juga memuat sejarah awal tentang orang-orang yahudi, dan kisah-kisah tentang Abraham dan keturunannya ishak, yakub, dan yusuf/nenek-nenek moyang Israel. Karena buku kejadian memuat tulisan adalah tentang perjanjian dengan Abraham, ini adalah salah satu buku terpenting dalam yudaisme. Itu diakhiri dengan uraian tentang keturunan Abraham yang tinggal di mesir.
Buku kedua taurat hanya disebut buku Eksodus (keluaran), karena menceritakan kisah tentang keberangkatan musa dan orang-orang ibrani dari mesir atau penindasan orang-orang Israel sebagai budak di Mesir. Kitab itu berisikan banyak hukum, juga disebut taurat, yang musa terima di gunung Sinai. Yang paling terkenal adalah sepuluh perintah Allah. Tujuan dari kitab ini pada dasarnya adalah terkandung dalam empat tema yang menonjol yaitu kebebasan, hukum, perjanjian, dan kehadiran Allah.
Leviticus (Imamat), kitab ketiga taurat, adalah serangkaian instruksi terperinci tentang cara menyembah Allah. Itu mencakup banyak aturan yang memberi tahu orang yahudi makanan apa yang boleh mereka makan. Aturan-aturan tentang makanan yang dianggap bersih atau berterima ini dikenal sebagai hukum kashrut, atau hukum makanan yahudi. Tujuan dari kitab Imamat sendiri adalah memperlihatkan kepada umat Yahudi atau Israel bagaimana seharusnya mereka dapat hidup sebagai umat yang kudus. Hukum-hukum ini dikumpulkan supaya umat Israel tetap berhubungan baik dengan Tuhan dan mengadakan perdamaian jika mereka bersalah.
Kitab Numbers (bilangan) melanjutkan kisah tentang eksodus, dan menuturkan kembali pengembaraan orang yahudi di padang belantara Sinai. Kitab ini tepat setelah peristiwa perjanjian dan berakhir empat puluh tahun kemudian ketika umat yahudi menunggu di padang Moab untuk memasuki Tanah Terjanji yang dipimpin oleh Musa dan Harun.[5]
Kitab Deuteronomi (Ulangan), kitab terakhir taurat dan paling penting dan berpengaruh diantara kitab-kitab yang lainnya. Kitab ini adalah khotbah yang disampaikan oleh musa. Kitab ini memperingatkan tentang konsekuensi dari meninggalkan satu Allah.
b. Nabi-nabi
Para nabi membentuk bagian kedua dari Tanakh. Kitab-kitab kenabian secara tradisional dibagi menjadi para nabi zaman dahulu dan zaman akhir. Nabi-nabi masa awal, atau dahulu, mencakup kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, I & II Samuel, serta I & II raja-raja. Buku-buku ini menceritakan sejarah komunitas yahudi sejak zaman Yosua, penerus Musa, sampai kembalinya orang yahudi ke yerusalem setelah masa pembuangan. Meskipun kitab-kitab ini sebagian besar merupakan catatan sejarah mengenai orang-orang yahudi, itu termasuk di antara para nabi karena itu memuat banyak kisah mengenai para nabi yang membimbing orang-orang yahudi.
Adapun "Nabi-nabi yang terakhir" terdiri dari banyak buku tentang kehidupan dan pekerjaan para nabi yahudi. Tiga buku pertama dari nabi-nabi yang terakhir mencakup ajaran dari tiga nabi yudaisme yang terbesar: Yesaya, Yeremia, dan Yehezkiel. Setiap nabi memiliki sebuah buku yang didedikasikan untuk ajaran-ajarannya yang juga menyandang namanya. Buku Yesaya, Yeremia, dan Yehezkiel juga dikenal sebagai nabi-nabi utama, karena panjangnya. Isinya terutama berupa cerita dan khotbah yang mengecam penyembahan berhala dan pelanggaran taurat. Beberapa orang, seperti buku Yesaya, ditulis oleh lebih dari satu orang. Kedua belas buku yang tersisa dikenal sebagai para nabi kecil, karena panjangnya pendek. Antara lain: Hosea, Yoel, Amos, obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi. Kadang-kadang dua belas nabi kecil disebut "kitab dua belas."
c. Tulisan-tulisan
Tulisan-tulisan adalah koleksi dari berbagai jenis sastra yang sering diberikan di Sinagoga pada hari-hari perayaan keagamaan. Yang pertama adalah buku puisi yang dikenal sebagai Mazmur. Sebagian besar mazmur dianggap sebagai karya raja Daud. Amsal dan buku Ayub membahas tema hikmat. Menurut kisah turun-temurun, putra raja Daud, Salomo, menulis peribahasa. "Lagu lagu" adalah sebuah puisi cinta tentang seorang pria dan seorang wanita. Orang yahudi memahami buku ini sebagai cerita simbolis tentang hubungan allah dengan Israel. Pengkhotbah adalah buku hikmat lain yang memeriksa apakah ada makna dalam kehidupan. "Ratapan" adalah puisi tentang kehancuran yerusalem dan bait suci oleh pasukan babilonia. Menurut kisah turun-temurun orang yahudi, nabi yeremia menulis puisi itu. Buku Ester adalah kisah tentang seorang wanita yahudi yang menyelamatkan bangsanya dari pembinasaan oleh raja persia. Daniel adalah tentang seorang yahudi bernama Daniel yang dibawa ke pembuangan. Ini dimulai dengan beberapa kisah tentang Daniel dan sesama tawanan, yang berjuang untuk menjalankan agama mereka di pembuangan. Bagian kedua dari buku Daniel adalah serangkaian penglihatan tentang akhir zaman.
Sisa buku dalam tulisan adalah karya sejarah. Ezra dan nehemia menceritakan kembalinya bangsa yahudi dari pembuangan di Babilon ke Yerusalem, dan pembangunan kembali bait. Dua buku terakhir dalam tulisan-tulisan itu, I dan II Tawarikh, mirip dengan raja-raja I dan II. Itu adalah sejarah bangsa yahudi sejak zaman musa hingga akhir masa pembuangan.
2. Talmud (Misnah+Gemara)
Selama berabad-abad, Tanakh tetap menjadi buku dasar yudaisme. Mereka berpaling kepada Tanakh sebagai firman allah yang terilham untuk mendapatkan jawaban. Karena gaya hidup mereka tidak berubah, Tanakh menjawab semua pertanyaan mereka. Namun, seraya waktu berlalu, seraya lebih banyak orang yahudi mulai tinggal di daerah Diaspora, mereka mulai memiliki pertanyaan baru tentang cara mempraktekkan yudaisme yang tidak dimuat dalam alkitab. Para pemimpin dan pemberita agama yahudi, yang disebut rabi, sering kali diminta untuk menentukan cara menerapkan taurat dalam alkitab dalam situasi baru.
Setelah kehancuran bait suci yerusalem oleh orang-orang roma pada tahun 70 m, para rabi menggantikan para imam sebagai pemimpin rohani orang yahudi. Para rabi sering berkumpul untuk membahas hukum yahudi dan memberikan pendapat tentang cara mempraktekkan yudaisme. Mereka mulai mendokumentasikan banyak penafsiran dan catatan mereka tentang bagaimana nenek moyang mereka telah mempraktikkan yudaisme sebelum kehancuran bait suci. Meskipun para rabi sadar bahwa bait kemungkinan besar tidak akan segera dibangun kembali, mereka menganggap penting untuk melestarikan kisah-kisah tentang bait yerusalem kuno guna membantu mereka memahami sejarah mereka.
Pada mulanya, opini para rabi beredar secara lisan. Akan tetapi, seraya waktu berlalu, banyak orang yahudi menganggap ajaran dan penafsiran para rabi sebagai bentuk lain dari alkitab. Para rabi mengajarkan bahwa ada dua jenis taurat: tertulis dan lisan. Tanakh adalah taurat tertulis. Buku ini adalah catatan tertulis hukum-hukum Allah, dan sejarah orang yahudi. Menurut kepercayaan orang yahudi, taurat lisan memuat hukum-hukum tambahan yang Allah berikan kepada musa di gunung Sinai. Akan tetapi, hukum-hukum ini tidak diberikan kepada umat secara keseluruhan. Mereka dihafalkan dan diteruskan secara lisan melalui generasi-generasi para rabi. Menurut tradisi yahudi, taurat tertulis dan taurat Oral sama berharganya. Taurat Oral dan penafsirannya oleh para rabi ditulis sekitar 200 m dalam sebuah buku yang dikenal sebagai misnah.
Yudaisme mengalami banyak perubahan sejak zaman Abraham hingga akhir pembuangan. Misnah adalah karya yang lebih awal, yang disusun dari ajaran-ajaran orang bijak yang hidup pada akhir periode bait kedua dan pada abad setelah kehancuran bait suci. Para rabi dari misnah melihat mereka - diri dalam kontinuitas dengan masa lalu, namun ingin memodernisasi yudaisme, dengan kata lain Misnah adalah dokumen yang menggambarkan kehidupan suci yang di dalamnya berisikan ritual-ritual bait yang disesuaikan untuk partsipasi komunal yang tidak luput dari pasang-surut sejarah Yahudi. Orang yahudi menganggap misnah sebagai bab lain dalam rencana Allah yang disingkapkan untuk umat manusia. Karena janji dalam perjanjian alkitab bahwa keturunan raja Daud akan selalu duduk di atas takhta di yerusalem (2 Samuel 7) belum tergenap, beberapa orang, baik orang yahudi maupun non-yahudi, menantang pemahaman tradisional tentang perjanjian itu dan mengatakan bahwa perjanjian itu sudah tidak berlaku lagi. Karena itu, banyak orang yahudi mulai menafsirkan ayat-ayat tersebut secara simbolis untuk mempertahankan bahwa Allah tidak melanggar perjanjian itu. Misnah adalah buku lain yang membantu orang yahudi hidup sebagai bagian dari komunitas perjanjian.
Seraya tahun-tahun berlalu, para rabi mulai mempelajari dan memperdebatkan ajaran yang dicatat dalam misnah. Mereka juga mulai mengumpulkan dua jenis kesusastraan lainnya: Haggada dan Halakhah. Haggada mencakup narasi dan tulisan non-hukum lainnya. Ini berisi kisah-kisah tentang orang-orang yahudi, serta kisah-kisah yang disampaikan untuk hiburan dan petunjuk. Halakyah (yang juga dilafalkan sebagai halakra) mencakup tradisi, pendapat, dan pembahasan tentang hukum yahudi. Hukum makanan halal, seperti larangan makan daging babi, adalah contoh dari halakhah. Orang-orang hagadha dan halakhah akhirnya disatukan dalam banyak buku yang secara kolektif disebut Gemara. Kombinasi dari misnah dan Gemara dikenal sebagai Talmud.
Adapun hubungan antara Gemara dan Misnah ini, Gemara memiliki beragam fungsi. Ini menjelaskan kata-kata yang tidak jelas atau phrasing. Ada contoh untuk membantu penerapan hukum dan menawarkan opini alternatif dari para pendeta misnah dan orang-orang sezamannya (dikenal sebagai Tannaim). Meskipun dalam misnah hampir tidak menyebutkan ayat-ayat alkitab, Gemara untuk hampir setiap hukum yang dibahas memperkenalkan hubungan antara teks alkitab dan kebiasaan serta pendapat hukum pada zamannya. Hukum itu juga memperluas dan membatasi penerapan berbagai hukum, dan bahkan menambahkan hukum tentang soal-soal yang dikeluarkan dari misnah sama sekali (misalnya, perayaan-perayaan utama Hanukkah). Beberapa pendapat orang bijak saling menimbang, sering kali tanpa memberikan kesimpulan.
Talmud ditulis selama jangka waktu yang panjang oleh para rabi yang tinggal di palestina dan babilon. Kedua komunitas ini masing-masing menghasilkan Talmud sendiri. Yang pertama ditulis di palestina sekitar tahun 425 m, dan disebut Talmud palestina. Versi ini diganti oleh Talmud babilonia, yang diselesaikan sekitar 500 m. Kecuali disebutkan sumbernya, kata Talmud selalu memaksudkan Talmud babilonia.
Dalam Talmud, ada sejarah, cerita rakyat, dan khotbah. Orang yahudi tidak memperhatikan Talmud yang diilhamkan allah. Sebaliknya, buku ini merupakan kumpulan tradisi yahudi, yang dirancang untuk menjadi pembimbing bagi generasi yang akan datang. Itu mengajari anggota agama bagaimana hidup dan berpikir seperti orang yahudi.
Akademi ilmu didirikan yang mirip dengan universitas modern. Masing-masing dipimpin oleh presiden yang disebut Gaon (" yang mulia "). Karena banyak orang yahudi mengikuti ajaran dan penafsiran akademisi ini, periode antara A. D 600 dan 1000 kadang-kadang dikenal sebagai periode Gaonic. Gelar Gaon belakangan digunakan sebagai gelar untuk menghormati seorang pakar Talmud.
Para rabi yang membentuk Talmud, seperti para pendahulu mereka yang telah mengoleksi tradisi-tradisi yang dilestarikan dalam misnah, berupaya menjadi model untuk orang yahudi. Yudaisme selalu mentoleransi keanekaragaman. Selalu ada perbedaan dalam komunitas yahudi. Bahkan para rabi Talmud tidak sependapat satu sama lain. Meskipun mereka semua berupaya mengikuti hukum yahudi zaman dahulu, mereka tidak selalu setuju tentang bagaimana hukum-hukum itu hendaknya ditafsirkan dan dipraktekkan. Para rabi Talmud berpaling kepada misnah dan menemukan solusinya: untuk menganjurkan keanekaragaman. Kebanyakan Talmud adalah serangkaian debat agama, yang dicatat dalam semua pihaknya. Para rabi pada zaman Talmud biasanya setuju untuk mengikuti pendapat mayoritas, tetapi mereka masih menuliskan pandangan yang berbeda kalau-kalau belakangan mereka berguna. Karena Talmud mencatat banyak pendapat yang beragam, Talmud itu menjadi pola bagi yudaisme.
Yahudi mempelajari Talmud dengan berdebat tentang lawan. Namun, tujuan debat semacam itu bukanlah untuk menang. Sebaliknya, tujuannya adalah untuk belajar caranya menjadi adil-benar. Kadang-kadang siswa akan berpindah pihak selama debat, untuk belajar cara berpikir. Talmud tetap merupakan buku terpenting dalam yudaisme selain Tanakh, bahkan sampai sekarang. Banyak edisi Talmud modern memuat ajaran para rabi di bagian pinggir.
3. Midrash (מדרשׁ)
Adalah tindakan tafsiran, mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan keagamaan (baik secara praktis maupun teologis) dengan memecahkan makna taurat. (dalam alkitab, kata dasar d-r-sh [דרשׁ] digunakan untuk memaksudkan meminta keterangan ke dalam soal apa pun, termasuk sesekali mencari firman allah.) Midras menanggapi problem kontemporer dan menyusun cerita-cerita baru, menghubungkan antara realitas baru orang yahudi dan teks alkitab yang tidak berubah.
Midrash dalam hal ini masuk dalam dua kategori. Bila subyek adalah hukum dan praktek keagamaan, itu disebut midhalacha. Midras aggadah, di pihak lain, menafsirkan narasi alkitab, menjelajahi pertanyaan tentang etika atau teologi, atau menciptakan bahasa dan perumpamaan berdasarkan teks. (Aggadah berarti "memberi tahu"; Setiap midrash yang bukan halakhic masuk dalam kategori ini)
- Midrash Halacha
Sering kali sulit untuk menentukan, sekadar dari membaca teks alkitab, apa yang sebenarnya diterapkan dalam hukum yahudi. Teks Torahis sering kali umum atau ambigu ketika menyajikan hukum. Midhalacha mencoba untuk mengklarifikasi atau memperpanjang hukum di luar kondisi yang ditetapkan dalam alkitab, dan untuk membuat hubungan antara praktik saat ini dan teks alkitab. Itu memungkinkan penciptaan dan penerimaan liturgi-liturgi baru dan ritual-ritual yang de facto menggantikan penyembahan korban setelah kejatuhan bait suci kedua, dan kelangsungan kelangsungan dengan menghubungkan praktek-praktek itu dengan kata-kata taurat.
Midacha dari dua abad setelah runtuhnya bait suci dikumpulkan dalam tiga buku “the Mekhilta on Exodus, the Sifra on, and the Sifrei on and ulangan”- dikenal sebagai midrashim tannaitic. (orang tanim adalah rabi dari zaman misnah, yang diedit kira-kira pada tahun 200 m).
- Midrash Aggadah
Jenis midras yang paling umum dirujuk (seperti dalam, "ada midras yang mengatakan …") berasal dari koleksi midras aggadah, yang sebagian besar disusun antara kira-kira tahun 200 dan 1000 m (banyak midrashim beredar secara lisan sebelum itu). Midras, aggadah, bisa jadi memulai penjelajahan ini dengan menggunakan kata atau ayat mana pun dalam alkitab. Ada banyak metode berbeda interpretasi dan pameran.
Karya Midrash Aggadah sering kali menjadi dasar untuk pertemuan antara penghormatan dan kasih akan susunan teks yang tetap dari kitab taurat, dan kreativitas teologis. Oleh karena itu, tulisan-tulisan Midrashic sering kali menghasilkan pemahaman keagamaan yang telah menjadikan taurat secara langsung berlaku bagi realitas yahudi di kemudian hari, khususnya menyangkut para penulisnya. Beberapa hasil yang diperoleh midrash aggadah adalah pemahaman akan pertanyaan-pertanyaan yang sering timbul dan membingungkan dari para penulisnya. Namun, penafsiran yang dihasilkan sering kali memiliki penerapan yang lebih universal dan tanpa batas waktu terhadap generasi kita.
Selain karya-karya yang dibaktikan untuk kumpulan midrashic, midrash aggadah juga muncul di seluruh kedua Talmuds itu. Midrash raba, "Great Midrash," adalah nama koleksi yang berhubungan dengan kelima kitab taurat dan "lima gulungan" (ester, Song of Songs, rut, ratapan, dan pengkhotbah) yang dibaca pada hari raya. Beberapa di antaranya berbunyi seperti ulasan ayat demi ayat. Yang lain mungkin berasal dari khotbah yang berhubungan dengan pembacaan taurat mingguan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat kita ketahui bahwa kitab suci dalam agama Yahudi ini sangat banyak, diantara banyaknya kitab suci tersebut, jika kita secara rinci maka kitab suci tersebut mencangkup Tanakh, yang terdiri dari Taurat, Nabi, Tulisan-tulisan, Talmud, yang terdiri dari Misnah dan Gemara dan juga Midrash yang terdiri dari Midrash Halacha dan Midrash Aggadha. Dalam hal ini, Taurat sendiri terdiri dari kitab Genesis, Eksodus, Leviticus, Numbers dan Deutronomi, sedangkan Nabi-nabi yang tercakup dalam hal ini adalah ada Yosua, Hakim-hakim, Samuel I & II, Raja-raja I & II sebagai nabi terdahulu, adapun nabi-nabi terakhir yang tercakup dalam hal tersebut adalah Yesaya, Yeremia, dan Yehezkiel yang masing-masing para nabi tersebut mempunyai kitab. Adapun kitab tulisan-tulisan tersebut tercakup dalam koleksi dari berbagai jenis sastra yang sering diberikan di Sinagoga pada hari-hari perayaan keagamaan. Misalnya adalah buku puisi yang dikenal sebagai Mazmur. Ketiga kitab tersebut terhimpun dalam Tanakh yang merupakan kitab suci tertulis umat Yahudi, sedangkan yang termasuk kitab suci lisan Yahudi tercakup dalam kitab Talmud yang mana mempunyai kitab Misnah dan Gemara di dalam sebagai pembentuknya. Ada pula kita Midrash sendiri terbagi dalam dua kitab yaitu Midrash Halacha (mencoba untuk mengklarifikasi atau memperpanjang hukum di luar kondisi yang ditetapkan dalam alkitab, dan untuk membuat hubungan antara praktik saat ini dan teks alkitab) dan Midrash Aggadah (memulai penjelajahan ini dengan menggunakan kata atau ayat mana pun dalam alkitab atau menjadi dasar untuk pertemuan antara penghormatan dan kasih akan susunan teks yang tetap dari kitab taurat, dan kreativitas teologis)
DAFTAR PUSTAKA
5 Jewish Scriptures
5.a.1 Torah
5.a.2 The Torah
5.b.1 What Is The Talmud
5.b.2 What Is The Mishnah
5.b.3 What Is The Midrash
5.c.1 Gemara
Halim, Illim Abdul. 2017. “Agama Yahudi Sebagai Fakta Sejarah dan Sosial Keagamaan”. Jurnal Agama dan Lintas Budaya. Vol. 1. Maret 2017.
Anan Bahrul Khoir, dkk. 2014.“Kitab Suci Agama Yahudi”, Makalah, 20 Oktober 2014.
Budhianto, Chlaodhius. 2015. “Mengenal Yudaisme”, di https://elsaonline.com/mengenal-yudaisme/ (Artikel), diakses pada 15 Mei 2015
Manaf, Mudjahid Abdul. 1996. Sejarah Agama-agama. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Bergant, Dianne dan Robert J. Karris. 2010. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius.
[1] Illim Abdul Halim, “Agama Yahudi Sebagai Fakta Sejarah dan Sosial Keagamaan”, Jurnal Agama dan Lintas Budaya, Vol. 1, Maret 2017, h.136.
[2] Anan Bahrul Khoir, dkk, “Kitab Suci Agama Yahudi”, Makalah, 20 Oktober 2014, h. 1.
[3] Chlaodhius Budhianto, “Mengenal Yudaisme”, di https://elsaonline.com/mengenal-yudaisme/ (Artikel), diakses pada 15 Mei 2015
[4] Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996), cet.2, h. 45.
[5] Dianne Bergant dan Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 2010) cet.9, h. 147.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar